Pertarungan Standar Kecantikan: Pria Ingin Lucu, Wanita Ingin Cantik

22

Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan kesenjangan gender yang menarik dalam hal sifat-sifat yang diinginkan calon pasangan. Meskipun pria dan wanita sama-sama menghargai kebaikan pasangannya, mereka menunjukkan preferensi yang sangat berbeda dalam hal daya tarik fisik dibandingkan kualitas lainnya. Lebih dari 1.200 orang dewasa heteroseksual AS berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Bill von Hippel di Research with Impact. Peserta dipaksa untuk memilih apakah mereka secara pribadi menyukai sifat tertentu (kekayaan, kecantikan, ambisi, humor, kecerdasan, atau kebaikan) atau lebih suka pasangannya memiliki sifat tersebut. Mereka juga menilai seberapa besar perbedaan yang dapat mereka terima antara tingkat sifat mereka sendiri dan tingkat sifat pasangannya.

Hasilnya memberikan gambaran yang jelas: pria lebih dari rela melepaskan daya tarik pribadinya jika itu berarti pasangannya cantik luar biasa, sementara wanita menunjukkan preferensi sebaliknya – memprioritaskan kecantikan mereka sendiri dibandingkan penampilan pasangannya. Perbedaan ini paling terlihat ketika mempertimbangkan daya tarik fisik. Namun dalam hal kebaikan, kedua jenis kelamin lebih memilih memiliki pasangan yang sama baik.

Rata-rata, perempuan menilai keinginan mereka akan kecantikan pribadi jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki (7,01 dari 11 berbanding 4,77). Menariknya, laki-laki lebih mementingkan sifat melucu (7,08) dibandingkan perempuan (5,81), dengan skor di bawah 6 yang menunjukkan preferensi pasangannya untuk memiliki sifat tersebut.

“Ini adalah dampak yang besar,” tegas von Hippel, meskipun mengakui adanya variasi individu dalam tren umum ini.

Format pilihan paksa (forced-choice) yang inovatif dari penelitian ini menawarkan wawasan berharga mengenai preferensi mendasar yang mungkin tidak terlihat dalam survei yang lebih terbuka. Meskipun beberapa peneliti seperti Lisa Welling memperingatkan bahwa konstruksi buatan ini mungkin tidak secara sempurna mencerminkan dinamika hubungan di kehidupan nyata, temuan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana tekanan evolusi ini terwujud dalam praktik kencan modern.

Steve Stewart-Williams berpendapat bahwa penelitian ini mungkin mengungkap pengaruh evolusi terhadap pemilihan pasangan. Dia menyoroti kemungkinan bahwa penelitian sebelumnya meremehkan perbedaan preferensi gender karena metodologi yang tidak cukup memperhitungkan keinginan individu terhadap suatu sifat hanya sebagai alat untuk menarik pasangan dengan sifat yang sama. Von Hippel mendukung perspektif evolusi ini, dengan alasan bahwa perempuan memprioritaskan sumber daya (terkait dengan kekayaan dan ambisi) untuk menjamin kelangsungan hidup keturunan, sementara laki-laki fokus pada kesuburan dan kesehatan yang sering dikaitkan dengan kecantikan.

Meskipun temuan ini menawarkan wawasan yang menarik, penting untuk dicatat keterbatasan penelitian ini: fokus penelitian pada partisipan heteroseksual di AS membatasi kemampuan generalisasi kesimpulan ini pada populasi lain. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi interaksi norma-norma budaya dan pengaruh evolusi terhadap preferensi pasangan di berbagai demografi.