Perlombaan Luar Angkasa Baru: Persaingan, Kerjasama, dan Konflik di Luar Bumi

6

Industri luar angkasa global sedang memasuki era baru persaingan dan penataan kembali. Pertemuan Space-Comm minggu ini di Glasgow, yang dihadiri oleh perwakilan dari NASA, pemerintah Inggris dan Skotlandia, serta badan antariksa terkemuka, menggarisbawahi semakin pentingnya eksplorasi ruang angkasa secara komersial dan geopolitik. Selama beberapa dekade, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) membina kemitraan unik antara AS dan Rusia. Namun, ketika ISS mendekati akhir masa pakainya, lanskapnya beralih ke aliansi yang retak dan potensi konflik.

Akhir Sebuah Era: Dari Kerja Sama ke Kompetisi

ISS telah menjadi landasan kerja sama internasional di bidang luar angkasa selama hampir tiga dekade. Astronot dari negara-negara yang bersaing telah berbagi tempat tinggal yang sempit, melakukan perbaikan bersama, dan mengandalkan teknologi roket satu sama lain untuk bertahan hidup. Namun era itu akan segera berakhir. Dengan ISS yang dijadwalkan untuk pensiun pada tahun 2030, masa depan eksplorasi ruang angkasa kemungkinan besar akan ditentukan oleh program-program paralel yang saling bersaing, bukan upaya-upaya internasional yang terpadu.

Aliansi Baru: Rusia-Tiongkok vs. Barat

Rusia beralih dari NASA dan menuju kemitraan yang lebih erat dengan Tiongkok. Kedua negara kini menampilkan diri mereka sebagai blok kekuatan bulan yang bersatu, mengoordinasikan misi, infrastruktur, dan bahkan stasiun penelitian bersama di Bulan. Pada saat yang sama, AS, Eropa, Kanada, dan Jepang sedang mengembangkan program lunar independen mereka sendiri di bawah payung Artemis. Kekuatan pendorong di balik langkah-langkah ini bukanlah semata-mata keingintahuan ilmiah, melainkan strategi geopolitik.

Perlombaan Menuju Bulan: Fokus yang Diperbarui

Kedua koalisi tersebut mengejar infrastruktur dasar yang sama: stasiun yang mengorbit di bulan dan lokasi pendaratan di permukaan. Tujuannya adalah untuk membangun kehadiran manusia secara permanen di dan sekitar Bulan. Negara-negara sedang menjajaki berbagai metode konstruksi, mulai dari habitat tiup hingga struktur yang dibangun dari tanah bulan yang dipadatkan. Misi robotik akan mendahului kedatangan manusia, mengerahkan peralatan dan merakit infrastruktur terlebih dahulu.

Insentif Komersial: Masa Depan yang Kelam

Kelangsungan ekonomi dari usaha ke bulan masih belum pasti. Meskipun beberapa orang membayangkan ekstraksi unsur tanah jarang, dorongan komersial langsung berpusat pada logistik. NASA telah mendanai perusahaan swasta untuk mengangkut material ke Bulan, sehingga mendorong perekonomian bulan yang baru lahir. Prospek jangka panjang untuk ekstraksi sumber daya atau manufaktur masih bersifat spekulatif.

Masalah Etis: Tata Kelola Sampah dan Planet

Dampak lingkungan dari eksplorasi ruang angkasa sedang dalam pengawasan. Para kritikus mempertanyakan apakah pengeluaran karbon dapat dibenarkan, terutama mengingat krisis iklim. Beberapa orang berpendapat bahwa teknologi luar angkasa dapat menghasilkan manfaat terestrial, seperti peningkatan sel surya dan pemantauan iklim melalui satelit. Perdebatan meluas ke tata kelola sumber daya bulan, dimana negara-negara berebut pengaruh atas potensi hak ekstraksi. Masa depan dapat mencerminkan pemerintahan Antartika, di mana tidak ada satu negara pun yang memiliki wilayah, namun lingkup pengaruhnya dibangun melalui karya ilmiah.

Perimbangan Ilmiah: Pelestarian vs. Eksploitasi

Para ilmuwan mengungkapkan kekhawatiran bahwa eksplorasi bulan dapat merusak situs-situs asli yang bernilai ilmiah. Wilayah bulan kuno menyimpan petunjuk mengenai pembentukan dan sejarah Bulan. Mendirikan pos-pos terdepan di dekatnya berisiko mengganggu lingkungan tersebut. Potensi untuk membangun teleskop radio di sisi jauh Bulan, yang terlindung dari campur tangan Bumi, juga merupakan faktor pendorong, namun hal ini juga dapat menyebabkan pembangunan yang tidak diinginkan di wilayah sensitif.

Kebangkitan perlombaan luar angkasa menandai momen yang sangat penting. Peralihan dari kolaborasi ke kompetisi membentuk kembali masa depan eksplorasi ruang angkasa. Keputusan yang diambil saat ini tidak hanya akan menentukan cara kita meraih bintang, namun juga cara kita mengatur diri kita sendiri di luar Bumi.