Komet Iradiasi 3I/ATLAS Bersinar Hijau, Menyembunyikan Ekornya dalam Pengamatan Baru

16

Pengamatan terbaru terhadap komet antarbintang 3I/ATLAS telah mengungkapkan tampilan yang menarik: komet tersebut memancarkan cahaya hijau yang berbeda dan yang mengejutkan, tampaknya menyembunyikan ekornya. Namun, para ahli memastikan bahwa ini tidak menunjukkan adanya masalah dengan komet tersebut; sebaliknya, ia memberikan wawasan berharga mengenai komposisi dan perilakunya saat melakukan perjalanan melalui tata surya kita.

Melihat Lebih Dekat dengan Teleskop Penemuan Lowell

Peneliti Qicheng Zhang, yang bekerja di Observatorium Lowell di Arizona, memanfaatkan Discovery Telescope untuk menangkap gambar baru komet tersebut pada hari Rabu, 5 November. Pengamatan dilakukan saat komet menjauh dari matahari setelah menyelesaikan ayunannya di sisi jauhnya.

Mengapa Cahaya Hijau? Memahami Karbon Diatomik

Seperti kebanyakan komet yang mendekati matahari, 3I/ATLAS mengembangkan awan gas dan debu yang dikenal sebagai koma ketika es dan material lain menyublim (transisi langsung dari padat ke gas) akibat pemanasan matahari. Pengamatan Zhang berfokus pada partikel karbon diatomik (C2), yang menghasilkan cahaya hijau khas jika dilihat melalui filter tertentu.

Dia menjelaskan bahwa komet tersebut mengandung molekul hidrokarbon besar – yang terdiri dari karbon dan hidrogen. Saat terkena sinar ultraviolet (UV) matahari, molekul-molekul ini terurai. “Ini seperti mengapa kita terbakar sinar matahari jika kita terlalu lama berada di bawah sinar matahari tanpa tabir surya,” jelas Zhang. Sinar UV menghancurkan sel-sel di kulit kita; sama halnya, ia memecah molekul-molekul di komet. Produk sampingan dari proses ini adalah karbon diatomik, yang mudah dideteksi oleh para astronom.

Penampakan Ekor: Perspektif yang Tidak Biasa

Meskipun gambar-gambar tersebut menunjukkan tidak adanya ekor debu, para astronom tidak khawatir. Pemeriksaan lebih dekat menunjukkan sedikit kecerahan di sisi kiri komet, yang menunjukkan ekornya. Zhang menjelaskan, asimetri ini muncul karena ekornya terlihat dari depan dan posisinya tepat di belakang komet, sedikit melengkung ke kiri. Intinya, kami mengamati ekor dari sudut yang unik, mengaburkan keseluruhannya.

Selebriti Surgawi: Dari Pesawat Luar Angkasa Alien hingga Peninggalan Kuno

Komet 3I/ATLAS dengan cepat mendapatkan pengakuan sejak penemuannya pada bulan Juli, sebagian dipicu oleh spekulasi bahwa itu mungkin merupakan pesawat ruang angkasa alien. Namun, pandangan umum di kalangan astronom adalah bahwa itu adalah komet yang berasal dari sistem bintang yang tidak diketahui di Bima Sakti.

Namun, mengklasifikasikannya hanya sebagai komet “biasa” adalah sebuah pernyataan yang meremehkan. Ini adalah pengunjung antarbintang ketiga yang pernah tercatat, dan berpotensi menjadi komet tertua yang pernah diamati – sebuah penelitian menunjukkan bahwa usianya mungkin 3 miliar tahun lebih tua dari tata surya kita.

Pengamatan Pasca Perihelion: Jendela Kritis

Komet tersebut baru-baru ini terlihat kembali dari Bumi setelah menghilang di balik Matahari, dan mencapai titik terdekatnya dengan bintang kita (perihelion) pada tanggal 29 Oktober. Periode setelah perihelion ini sangat penting bagi para astronom, karena komet paling aktif selama fase ini, sehingga memberikan peluang penting untuk menganalisis komposisi gasnya.

Kerak Bahan Iradiasi: Sebuah Tantangan Potensial

Penelitian awal mengisyaratkan bahwa komet tersebut telah mengalami paparan radiasi luar angkasa dalam waktu lama, sehingga menghasilkan kerak tebal yang terkena radiasi yang mungkin berbeda secara signifikan dari material aslinya. Jika benar, “kerak” ini dapat mempersulit tugas menguraikan asal muasal komet tersebut, karena para ilmuwan akan menganalisis material yang diiradiasi, bukan komponen asli dari sistem bintang asalnya.

Warna dan Kecerahan: Melampaui Mata Manusia

Tim Zhang telah menerbitkan penelitian awal yang menunjukkan bahwa komet tersebut dengan cepat menjadi terang sebelum perihelion, tampak lebih biru daripada matahari. Pengamatan hijau baru tidak menunjukkan perubahan warna sejak perihelion. Istilah “lebih biru” atau “lebih merah” dalam astronomi mengacu pada panjang gelombang cahaya yang lebih pendek (biru) atau lebih panjang (merah), dan 3I/ATLAS jauh lebih terang bila dilihat melalui filter yang lebih biru, meskipun filter ini menggabungkan campuran cahaya hijau dan biru.

Pengamatan yang Dapat Diakses: Bahkan Teleskop Kecil pun Dapat Melihatnya

Zhang mencatat bahwa Teleskop Penemuan Lowell diposisikan secara unik untuk mengamati komet segera setelah perihelion. Namun, komet tersebut sekarang berada cukup tinggi di langit sehingga banyak teleskop besar dan bahkan teleskop pribadi kecil (dengan lensa 6 inci) dapat menangkap gambarnya.

Komet 3I/ATLAS menawarkan peluang luar biasa untuk mempelajari pengunjung antarbintang—peninggalan dari sistem bintang lain, menawarkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai komposisi sistem planet lain. Nantikan banyak penemuan baru dalam beberapa bulan mendatang seiring para astronom di seluruh dunia mengalihkan perhatian mereka pada pengembara angkasa ini.